ThorekatSyattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke 15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar. Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini sikapperilaku ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta budi pekerti yang luhur. Dalam mencapai tujuan tersebut, pondok PETA melakukan beberapa usaha. Pertama, menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal. Kedua, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan yang menyangkut aspek kehidupan beraqidah, sosial, budaya, pendidikanpengajaran, kesehatan, ekonomi dan lingkungan hidup. Ketiga, menyelenggarakan penertiban dalam rangka penyampaian ide atau gagasan maupun pendapat para ahli tentang berbagai masalah pembangunan. Keempat, menyelenggarakan pusat pelayanan kesejahteraan dan kesehatan bagi masyarakat dengan mendirikan rumah sakit, poli klinik, dan rumah bersalin serta penampungan anak-anak yatim piatu yang terlantar dan masih banyak lagi usaha-usaha yang dilakukan untuk menunjang maksud dan tujuan. 1 2. Sejarah masuknya tarekat Syadziliyah di Tulungagung Tarekat Syadziliyah telah masuk ke Indonesia sejak satu tokoh yaitu Gus Dur, mengatakan bahwa Mbah Panjalu yang merupakan leluhur ulama di tanah Jawa adalah penganut tarekat Walisongo sebagian juga menganut tarekat Syadziliyah, seperti di Pekalongan dan Syadziliyah ini kemudian berkembang pesat di Jawa Timur tepatnya di Tulungagung. Tokoh yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan tarekat Syadziliyah di Tulungagung adalah Syekh 1 Di peroleh dari arsip pondok PETA yang berupa laporan Kuliah Kerja Lapangan Islamologi tentang “Tarekat Syadziliyah di Pesulukan Thoriqot Agung PETA” Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Arab Universitas Indonesia tahun 2013, hal. 49-51 Mustaqim bin Muhammad Husein bin Abdul Djalil. Beliau telah mendirikan pondok bernama PETA, yang hingga saat ini berdiri tegak di jantung kota Tulungagung. Syekh Kyai Mustaqim lahir pada tahun 1901 di desa Nawangan, kecamatan Kras, kabupaten Kediri. Sejak usia anak-anak, beliau bersama ayah dan bundanya bermukim di kota Tulungagung. Beliau juga merupakan teman dari Bung keunikan antara persahabatan kedua tokoh ini, mereka sama-sama lahir 1901 dan meninggal pada tahun 1970-an. Pada usia 13 tahun, Kyai Mustaqim dimasukkan di pesantren oleh orang tuanya keseorang ulama yang bernama Kyai Zarkasyi di desa Kauman, kota Tulungagung. Kyai Zarkasyi adalah salah satu ulama Tulungagung yang pernah beberapa kali dikunjungi Hasyim Asy ’ari dan ulama-ulama Tulungagung lainnya, seperti Raden Patah, Mangunsari, dan Kyai Qomarudin Kauman. Dari Kyai Zarkasyi itulah Kyai Mustaqim mendapatkan pelajaran berbagai ilmu-ilmu syariat, seperti ilmi-ilmu tentang fiqih, al- Qur’an, dan hadits. Di usia yang masih sangat belia itu pula Kyai mendapatkan karunia yang luar biasa dari Allah yaitu berupa dzikir sirri . Hati beliau selalu melafalkan kata “ Allah ” terus menerus tiada henti setiap waktu secara tidak disadari. Bahkan beliau pernah mencoba untuk menghentikan dzikir itu tetapi gagal. Dzikir ini menghindari diri dari sifat- sifat madzmumah , seperti iri, dengki, ujub , riya’, takabur, dan lain sebagainya. Di Jawa Timur, banyak pondok pesantren yang mengajarkan fiqih, sedangkan di Jawa, Barat banyak pondok pesantren yang mengajarkan tentang kesaktian. Seorang ulama merasa tidak sempurna jika tidak menguasai kedua ilmu tersebut sehingga ulama Jawa Timur belajar di pondok pesantren Jawa Barat dan Mustaqim juga mempelajari ilmu kesaktian tersebut. Kyai Mustaqim menikah dengan Halimatus Sa’diyah putri dari H. Rois. Setelah menikah, Kyai Mustaqim berdakwah dengan cara mengajarkan dzikir sirri melalui jurus-jurus silat dari Kyai Chudlori. Rumah istrinya tersebut yang menjadi cikal bakal pondok PETA yang merupakan pusat penyebaran tarekat Syadziliyah di Tulungagung. Jadi dapat dikatakan sejak tahun 1925 pondok PETA mulai didirikan. Saat itu Syekh Mustaqim men dapat gelar “pendekar Mustaqim”. Pada saat itu juga, beliau juga mengajarkan hizib autad atau hizib kahfi .Ilmu beladiri tersebut diajarkan bukan untuk berperang, tetapi untuk melawan hawa nafsu. Pada tahun 1945, beliau kedatangan seorang tamu agung dari pondok Termas, kabupaten Pacitan. Beliau bernama Kyai Abdur Rozaq bin Abdillah at Turmusy adik dari Syekh Hafidz Mahfudzb at Turmusy dan KH Dimyathi at Abdur Rozaq sendiri di daerah Pacitan dan sekitarnya lebih dikenal dengan panggilan Den kedatangan Kyai Abdur Rozaq ini bermula dengan adanya kunjungan salah satu murid Syekh Mustaqim yang bernama Asfaham ke pondok pesantren ke pondok pesantren Termas itu, Asfaham mengalami peristiwa yang dinamakan jadzab . Melihat itu, Kyai Abdur Rozaq begitu kagum dengan anak muda yang bernama Asfaham. Setelah kembali sadar dan pulih seperti sediakala, kemudian Asfaham ditanya oleh Kyai Abdur Rozaq tentang siapakah gurunya dan dibelajari apa saja oleh gurunya. Dijawab oleh Asfaham bahwa gurunya adalah Kyai Mustaqim dan dia di belajari dan diijazahi hizib kahfi . Hal itulah yang menjadikan Kyai Abdur Rozaq tertarik untuk berkunjung dan berguru kepada Kyai hari kemudian, Kyai Abdur Rozaq pergi ke Tulungagung dengan mengendarai kuda. Setelah sampai dihadapan Kyai Mustaqim, Kyai Abdur Rozaq kemudian memperkenalkana diri dan mengemukakan tujuan beliau datang kepada Kyai Mustaqim, yaitu untuk berguru. Mendengar perkataan Kyai Abdur Rozaq, Kyai Mustaqim mengatakan, “ nyuwun pangapunten Kyai, sebenarnya saya sudah lama mendengar nama besar panjenengan di Termas sana. Namun hari ini saya merasa kedahuluan. Oleh karena itu, saya mohon agar panjenengan berkenan untuk menerima saya sebagai murid panjenengan .” Kyai Abdur Rozaq menjawab, “ mboten Kyai, saya jauh-jauh datang ke sini adalah dengan satu tujuan yaitu untuk menimba ilmu dari panjenengan . ” Kyai Mustaqim tetap kepada pendiriannya yaitu agar Kyai Abdur Rozaq bersedia menerima beliau sebagai murid Kyai Abdur Rozaq. Cukup lama keduanya berdebat agar masing-masing menjadi murid. Akhirnya keduanya salig diam, dengan suara lembut dan kata-kata bijaksana Kyai Mustaqim berkata, “ya sudah kalau begitu kyai, sebagai penghormatan saya kepada seorang tamu, maka saya mengalah untuk menuruti keinginan panjenengan .” Kemudian Kyai Mustaqim memberikan ijazah wirid kepada Kyai Abdur Rozaq. Ada yang mengatakan bahwa wirid yang diijazahkan itu adalah hizib kahfi , tetapi ada pula yang mengatakan Bismillahilladzi laa yadhurrudan al Ghoniyyul Maani’u. Setelah Kyai Mustaqim mengajarkan Kyai Abdur Rozaq, kemudian Kyai Mustaqim menagih janji agar Kyai Abdur Rozaq bergantian menjadi guru bagi dirinya. Kemudian Kyai Abdur Rozaq besedia menjadi guru bagi Kyai Mustaqim. Kyai Abdur Rozaq meminta Kyai Mustaqim untuk memilih amalan dalam buku yang beliau bawa. Kemudian Kyai Mustaqim membuka halaman buku yang tepat berisi tarekat Syadziliyah. Kyai Abdur Rozaq kemudian mengajarkan amalan tarekat tersebut dan kemudian berpesan “Kyai tolong ini sampean amalkan disini karena tarekat ini akan berkembang disini.” Mulai dari situ tarekat Syadziliyah ini berkembang di Tulungagung. Kyai Mustaqim yang sebelumnya juga belajar tarekat Qadiriyah dan tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah juga tidak meninggalkan kedua tarekat sebelumnya itu. Sehingga di pondok PETA beliau mengajarkan tiga tarekat tersebut, meskipun tarekat Syadziliyah lebih diprioritaskan. 2 2 Di peroleh dari arsip pondok PETA yang berupa laporan Kuliah Kerja Lapangan Islamologi tentang “Tarekat Syadziliyah di Pesulukan Thoriqot Agung PETA” Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Arab Universitas Indonesia tahun 2013, hal. 13-16. 3. Perkembangan tarekat Syadziliyah di Tulungagung
\n\n \n \nsilsilah tarekat syadziliyah tulungagung
TarekatSyadziliyyah tak dapat dilepaskan hubungannya dengan pendirinya, yaitu Abu al-Hasan al-Syadzili. Selanjutnya nama tarekat ini dinisbatkan kepada namanya Syadziliyah yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat yang lain. Secara lengkap nama pendirinya adalah 'Ali bin Abdullah bin Abd. Al Jabbar Abu al-Hasan al-Syadzili.

Kedudukanguru tarekat diperkokoh dengan ajaran wasilah dan silsilah. Keyakinan berwasilah dengan guru dipererat dengan kepercayaan karamah, barakah atau syafa'ah atau limpahan pertolongan dari guru. Kepatuhan murid kepada guru dalam tarekat digambarkan murid dihadapan guru laksana mayat di tangan orang yang memandikannya.

Halini membuktikan, bahwa pengaruh tarekat Syadziliyah sangat besar di Tanah Air", pungkasnya Baca Juga: Istana Negara Adakan Zikir dan Doa Kebangsaan Sementara itu, Syekh Shalahuddin al-Mistawi menyampaikan, sosok Imam Abu Hasal al-Syadzili merupakan sosok penting di dunia Islam, karena mampu membukakan gerakan ihsan yang menjadi basis dari
silsilah tarekat syadziliyah tulungagung
BABIII KONTEKS SOSIAL KEMUNCULAN TAREKAT SYADZILIYAH B. Dinamika Sosial yang Mempengaruhi Ajaran Tarekat Syadziliyah al-2. Lingkungan. 60 . Kami (Muhammad) di hari Furqaan, 22 Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
. 210 223 160 405 341 57 63 338

silsilah tarekat syadziliyah tulungagung